Kamis, 16 Februari 2017

My Dream... I will get it

Aku tertegun ditengah keramaian delta plaza.  Anganpun mengembara beberapa tahun yang lalu.  Bahkan lebih panjang dari itu.  Ketika aku SMA. Penuh idealis dan keyakinan tinggi.  Akan sebuah cita-cita.  Jurnalis dan penulis. Itulah sebabnya,  aku menolak sewaktu bapakku meminta ikut UMPTN,  dengan pilihan utama Fakultas Kedokteran. Tapi apa daya,  anak jaman dulu berbeda dengan sekarang.  Suka atau tidak aku harus mau dan suka dengan pilihan orang tuaku.
Hatiku berontak.  Meskipun aku tahu bahwa itu adalah sebuah fakultas yang cukup bergengsi,  tapi aku tidak menyukainya.  Aku ingin menjadi seorang wartawati dan penulis.
 Kemampuan yang sudah aku miliki sejak Sekolah Dasar. Kelas lima aku sudah dipercaya mengelola majalah dinding sekolah.  Dengan nego yang meyakinkan kepada guru kelasku. Kalau aku ingat,  aku ini punya bakat jadi public relation juga dan seorang negociator yang handal.  Aku tersenyum sendiri mengingatnya. Pengalaman lucu semasa SD.  
Tes masuk berlangsung tertib dan lancar.  Kami mengerjakan soal dengan serius.  Tapi,  aku mengerjakannya setengah hati.  Bahkan aku jawab sekenanya saja tanpa berpikir.  Ya,  agar aku tidak diterima di fakultas itu. Ternyata benar,  hasilnya jelas dan pasti.  Aku tidak diterima.  Bapakku memutuskan kalau aku harus kuliah sekretaris agar bisa kerja sambil kuliah.
Dengan gaji bapakku sebagai guru PNS yang pasti tidak akan mampu membiayai kuliahku.  Adikku ada empat orang dan semua membutuhkan biaya sekolah yang tidak murah. Makanya aku harus ambil jalan pintas,  kuliah D1 sekretaris. Selanjutnya harus kuliah.
Alhamdulillah rencana bapakku sesuai dengan takdir yang digariskan oleh Allah. Aku selepas kuliah D1 Sekretaris langsung diterima menggantikan sekretaris sebuah perusahaan milik pak Bob Hasan.  Aku diterima karena nilaiku tinggi dan sewaktu tes aku lolos.  Berhasil mengerjakan semua yang diminta dalam waktu singkat.  Jadah aku bekerja di perusahaan besar kerjasama dengan perusahaan dari Amerika.
Mau tidak mau,  aku harus lancar berbahasa Inggris.  Lisan maupun tulisan.  Yah,  tuntutan kerja. Aku harus bisa.  Sebuah tantangan yang menarik untuk diterima.  Akupun lalu kursus bahasa Inggris selama tiga tahun.  Sampai kelas advance. Mashaa Allah benar.  Aku yang dulu selalu mendapat nilai dibawah lima setiap pelajaran bahasa Inggris,  sekarang menjadi master di kelasku.  Semua teman sekelas mengakui kepandaianku,  baik writing maupun speaking.
Kebaikan yang diberikan Allah dan tidak ternilai harganya adalah aku boleh berjilbab di kantor. Itu semua karena-Mu Ya Allah.  Engkau yang memudahkan semuanya. Kalau ada rekor MURI untuk yang pertama berjilbab di kantor,  Inshaa Allah akulah orangnya.  Jilbabku adalah jilbab yang sempurna,  gamis dan kerudung besar lengkap dengan kaos kakinya.
Tibalah saat yang dinanti.  Aku masuk kuliah jurusan jurnalistik. Dan juga menjadi pimred sebuah buletin muslimah. Mashaa Allah benar.  Dua nikmat yang tak ternilai dengan apapun.
Di kampus,  aku sangat familier dikalangan mahasiswa seangkatan dan kakak kelasku.  Mashaa Allah, I am the best.  Semua nilaiku hampir semuanya sempurna.  Masa perkuliahan aku selesaikan. Dalam tiga setengah tahun.  Karena IPK ku selalu diatas tiga setengah.
Di kantor aku dipercaya memegang semua fasilitas kantor.  Di teman-teman pengajian menjadi pimred buletin mereka.  Dan di kampus menjadi mahasiswa terbaik sejurusan. Rabbi,  betapa nikmat ini tak terhingga. Alhamdulillah for all Rabbi.
Sekarang,  aku menjadi seorang guru PAUD.  Sebuah pekerjaan yang paling aku benci. Tidak pernah terbersit sedikitpun kalau aku jadi guru Anak Usia Dini. Karena aku tahu,  gaji seorang guru tidak cukup untuk biaya hidup selama sebulan. Apalagi untuk biaya sekolah,  dengan pilihan sekah yang berkualitas.
Dari kebencian itu sekarang malah menjadi kecintaan yang mendalam.  Aku sangat merindukan murid-muridku.  Mereka seperti anakku sendiri. Miss you all...
Berawal dari tawaran pak ihsan untuk menulis artikel parenting di media guru. Aku merasa tertantang untuk menulis kembali. Sebelumnya sudah aku lakukan di blog ku. Tapi gak kontinyu.  Apabila ada waktu. Dan judul buku dan novel sudah ada puluhan,  tapi belum tersentuh. Rasanya tak mungkin aku bisa mempunyai sebuah buku hasil karyaku.  Sebuah buku.  Bukan jumlah yang banyak.
Ternyata Allah memudahkan aku dalam meraih impianku. Mashaa Allah benar. Aku dipertemukan dengan pak Ihsan yang merupakan CEO dari team media guru. Beliau menawarkan kepadaku untuk mengikuti kelas menulis opini. Tantangan itupun aku terima. Meski aku tahu bahwa untuk bisa langsung menjadi sempurna tidaklah semudah itu.aku perlu latihan .. latihan dan latihan agar bisa terbiasa kembali menulis, sebagaimana ketika aku masih menjadi pimred bulletin muslimah dulu.  Jadilah aku harus kejar tayang agar semua target tercapai.  Benar-benar tersiksa. Aku sampai begadang selama beberapa hari hanya untuk memenuhi target menulis yang diminta. Menulis opini. Karena sudah terlalu lama tidak aku pakai, ya jadinya agak kelabakan juga.
Kesulitan juga bertambah, karena gaya tulisanku sudah mulai berubah. Bukan opini murni tapi semi fiksi. Yah, karena aku juga seorang story teller, pencerita boneka. Jatuh bangun aku harus mengumpulkan semua tenaga dan kemampuan untuk memenuhi target yang diwajibkan… satu opini. Alhamdulillah, aku berhasil membuat dua opini. Bukan hanya satu opini. Keduanya diterbitkan oleh koran local, Harian Duta dan Harian Bhirawa. Mashaa Allah, senangnya hatiku. Akhirnya aku berhasil juga. Tetapi, negatifnya adalah, aku selalu ngedrop setiap kali telah menyelesaikan  tulisanku. Tulisan jadi,  aku ambruk.
Tidak berhenti disitu, tantangan selanjutnya adalah kelas menulis PTK dan kelas menulis buku. Aku semakin keranjingan belajar dan belajar. Aku ingin mimpiku bisa terwujud nyata. Menjadi seorang jurnalis dan penulis buku parenting. Aku pilih menulis buku parenting, karena aku ingin membagikan pengalaman mengajarku selama tujuh belas tahun ini, bersama dengan sekolah kreatifku kepada semua orang tua dan guru. Agar mereka bisa menjadi orang tua dan guru yang hebat untuk anak dan muridnya.
Dengan tekad dan keinginan yang kuat serta impian yang selalu terbayang dan membuncah dalam dada, Inshaa Allah semua itu akan bisa terwujud. Milikilah impian setinggi-tingginya. Raihlah dengan cara yang baik dan sesuai dengan apa yang diperintahkan oleh Allah. Jangan sekali-kali menghancurkan orang lain untuk meraih impian itu, karena justru itulah yang akan menjadi kunci kehancuranmu.
Akhirnya, ternyata dari pressure yang diberikan lewat deadline itulah aku bisa save dalam menulis. Dan yang terpenting adalah...  Impian untuk membuat sebuah buku bisa terwujud. Make your dream be real with a good way like Rasulullah.
Jakzakumullah media guru dan teman-teman yang sudah men-support-saya sampai hari ini. Miss you all from my heart.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar