Aku tertegun ditengah keramaian delta
plaza. Anganpun mengembara beberapa
tahun yang lalu. Bahkan lebih panjang
dari itu. Ketika aku SMA. Penuh idealis
dan keyakinan tinggi. Akan sebuah
cita-cita. Jurnalis dan penulis. Itulah
sebabnya, aku menolak sewaktu bapakku
meminta ikut UMPTN, dengan pilihan utama
Fakultas Kedokteran. Tapi apa daya, anak
jaman dulu berbeda dengan sekarang. Suka
atau tidak aku harus mau dan suka dengan pilihan orang tuaku.
Hatiku berontak. Meskipun aku tahu bahwa itu adalah sebuah
fakultas yang cukup bergengsi, tapi aku
tidak menyukainya. Aku ingin menjadi
seorang wartawati dan penulis.
Kemampuan yang sudah aku miliki sejak Sekolah
Dasar. Kelas lima aku sudah dipercaya mengelola majalah dinding sekolah. Dengan nego yang meyakinkan kepada guru
kelasku. Kalau aku ingat, aku ini punya
bakat jadi public relation juga dan
seorang negociator yang handal. Aku tersenyum sendiri mengingatnya. Pengalaman
lucu semasa SD.
Tes masuk berlangsung tertib dan lancar. Kami mengerjakan soal dengan serius. Tapi,
aku mengerjakannya setengah hati.
Bahkan aku jawab sekenanya saja tanpa berpikir. Ya,
agar aku tidak diterima di fakultas itu. Ternyata benar, hasilnya jelas dan pasti. Aku tidak diterima. Bapakku memutuskan kalau aku harus kuliah
sekretaris agar bisa kerja sambil kuliah.
Dengan gaji bapakku sebagai guru PNS yang
pasti tidak akan mampu membiayai kuliahku.
Adikku ada empat orang dan semua membutuhkan biaya sekolah yang tidak
murah. Makanya aku harus ambil jalan pintas,
kuliah D1 sekretaris. Selanjutnya harus kuliah.
Alhamdulillah rencana bapakku sesuai dengan
takdir yang digariskan oleh Allah. Aku selepas kuliah D1 Sekretaris langsung
diterima menggantikan sekretaris sebuah perusahaan milik pak Bob Hasan. Aku diterima karena nilaiku tinggi dan sewaktu
tes aku lolos. Berhasil mengerjakan
semua yang diminta dalam waktu singkat. Jadah aku bekerja di perusahaan besar
kerjasama dengan perusahaan dari Amerika.
Mau tidak mau,
aku harus lancar berbahasa Inggris.
Lisan maupun tulisan. Yah, tuntutan kerja. Aku harus bisa. Sebuah tantangan yang menarik untuk
diterima. Akupun lalu kursus bahasa
Inggris selama tiga tahun. Sampai kelas advance. Mashaa Allah benar. Aku yang dulu selalu mendapat nilai dibawah
lima setiap pelajaran bahasa Inggris,
sekarang menjadi master di kelasku.
Semua teman sekelas mengakui kepandaianku, baik writing
maupun speaking.
Kebaikan yang diberikan Allah dan tidak
ternilai harganya adalah aku boleh berjilbab di kantor. Itu semua karena-Mu Ya
Allah. Engkau yang memudahkan semuanya. Kalau
ada rekor MURI untuk yang pertama berjilbab di kantor, Inshaa Allah akulah orangnya. Jilbabku adalah jilbab yang sempurna, gamis dan kerudung besar lengkap dengan kaos
kakinya.
Tibalah saat yang dinanti. Aku masuk kuliah jurusan jurnalistik. Dan
juga menjadi pimred sebuah buletin muslimah. Mashaa Allah benar. Dua nikmat yang tak ternilai dengan apapun.
Di kampus,
aku sangat familier dikalangan mahasiswa seangkatan dan kakak
kelasku. Mashaa Allah, I am the best. Semua nilaiku hampir semuanya sempurna. Masa perkuliahan aku selesaikan. Dalam tiga
setengah tahun. Karena IPK ku selalu
diatas tiga setengah.
Di kantor aku dipercaya memegang semua fasilitas
kantor. Di teman-teman pengajian menjadi
pimred buletin mereka. Dan di kampus
menjadi mahasiswa terbaik sejurusan. Rabbi,
betapa nikmat ini tak terhingga. Alhamdulillah
for all Rabbi.
Sekarang,
aku menjadi seorang guru PAUD.
Sebuah pekerjaan yang paling aku benci. Tidak pernah terbersit
sedikitpun kalau aku jadi guru Anak Usia Dini. Karena aku tahu, gaji seorang guru tidak cukup untuk biaya
hidup selama sebulan. Apalagi untuk biaya sekolah, dengan pilihan sekah yang berkualitas.
Dari kebencian itu sekarang malah menjadi
kecintaan yang mendalam. Aku sangat
merindukan murid-muridku. Mereka seperti
anakku sendiri. Miss you all...
Berawal dari tawaran pak ihsan untuk menulis
artikel parenting di media guru. Aku merasa tertantang untuk menulis kembali. Sebelumnya
sudah aku lakukan di blog ku. Tapi gak kontinyu. Apabila ada waktu. Dan judul buku dan novel
sudah ada puluhan, tapi belum tersentuh.
Rasanya tak mungkin aku bisa mempunyai sebuah buku hasil karyaku. Sebuah buku.
Bukan jumlah yang banyak.
Ternyata Allah memudahkan aku dalam meraih
impianku. Mashaa Allah benar. Aku
dipertemukan dengan pak Ihsan yang merupakan CEO dari team
media guru. Beliau menawarkan
kepadaku untuk mengikuti kelas menulis opini. Tantangan itupun aku terima.
Meski aku tahu bahwa untuk bisa langsung menjadi sempurna tidaklah semudah
itu.aku perlu latihan .. latihan dan latihan agar bisa terbiasa kembali
menulis, sebagaimana ketika aku masih menjadi pimred bulletin muslimah dulu. Jadilah aku harus kejar tayang
agar semua target tercapai. Benar-benar tersiksa.
Aku sampai begadang selama beberapa hari hanya untuk memenuhi target menulis
yang diminta. Menulis opini. Karena sudah terlalu lama tidak aku pakai, ya
jadinya agak kelabakan juga.
Kesulitan juga
bertambah, karena gaya tulisanku sudah mulai berubah. Bukan opini murni tapi
semi fiksi. Yah, karena aku juga seorang story teller, pencerita boneka.
Jatuh bangun aku harus mengumpulkan semua tenaga dan kemampuan untuk memenuhi
target yang diwajibkan… satu opini. Alhamdulillah, aku berhasil membuat dua
opini. Bukan hanya satu opini. Keduanya diterbitkan oleh koran local, Harian
Duta dan Harian Bhirawa. Mashaa Allah, senangnya hatiku. Akhirnya aku berhasil
juga. Tetapi, negatifnya adalah, aku selalu ngedrop setiap kali telah menyelesaikan tulisanku. Tulisan jadi, aku ambruk.
Tidak berhenti disitu,
tantangan selanjutnya adalah kelas menulis PTK dan kelas menulis buku. Aku
semakin keranjingan belajar dan belajar. Aku ingin mimpiku bisa terwujud nyata.
Menjadi seorang jurnalis dan penulis buku parenting. Aku pilih menulis buku
parenting, karena aku ingin membagikan pengalaman mengajarku selama tujuh belas
tahun ini, bersama dengan sekolah kreatifku kepada semua orang tua dan guru.
Agar mereka bisa menjadi orang tua dan guru yang hebat untuk anak dan muridnya.
Dengan tekad dan
keinginan yang kuat serta impian yang selalu terbayang dan membuncah dalam
dada, Inshaa Allah semua itu akan bisa terwujud. Milikilah impian
setinggi-tingginya. Raihlah dengan cara yang baik dan sesuai dengan apa yang
diperintahkan oleh Allah. Jangan sekali-kali menghancurkan orang lain untuk
meraih impian itu, karena justru itulah yang akan menjadi kunci kehancuranmu.
Akhirnya, ternyata dari pressure yang
diberikan lewat deadline itulah aku bisa save
dalam menulis. Dan yang terpenting adalah...
Impian untuk membuat sebuah buku bisa terwujud. Make your dream be real with a good way like
Rasulullah.
Jakzakumullah media guru dan teman-teman yang sudah men-support-saya
sampai hari ini. Miss you all from my heart.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar