Selasa, 14 Februari 2017

Takdir Itu Indah


      

      Sore itu, seorang teman bertandang ke rumah. Air mata berurai di wajahnya. Bayi dalam gendongannya menangis. Sebuah ikatan hati yang kuat antara ibu dan anak. Setelah duduk dan tangisannya sedikit reda, dia mulai menceritakan tentang permasalahan yang dihadapinya. Sambil sesekali menyeka air mata yang masih menetes di pipinya.
       
     Sudah satu bulan ini suami tercintanya tidak bekerja. Dapurnya sudah hampir dua minggu tidak mengepul. Keputus asa-anlah yang membuatnya melangkahkan kaki kerumah saya. “Kenapa Allah memberikan cobaan yang begitu berat kepadaku mbak?”, sebuah pertanyaan terlontar disela isak tangisnya. Sebuah pertanyaan yang seharusnya dikembalikan kepada Allah, bukan kepada manusia lemah seperti saya.

            Sambil menghela nafas, saya mencoba menenangkan si teman agar tidak terlalu “lebay” dalam menyampaikan keluh kesahnya. Sebuah pertanyaan yang sampai saat ini saya dan mungkin semua manusia di dunia ini tidak akan bisa menjawabnya. “Mengapa Allah memberikan ini kepada saya? Padahal ini sangat berat untuk saya jalani”. 
         
  
Dari penggalan cerita diawal tulisan, saya menyarankan untuk memperbanyak istighfar dan lebih mendekatkan diri kepada-Nya. Jangan curhat kepada saya, curhat kepada Allah agar Dia bisa memberikan jalan keluar yang terbaik untuk kita. Ikhlas, sabar dan tawakkal adalah kunci dalam menjalani hidup ini. Sang tamu hanya tersenyum terpaksa. Setiap manusia pasti akan mengalami sebuah perjalanan dan perjuangan hidup. Itulah nikmatnya kehidupan, yaitu ketika kita bisa mengahadapi semua ujian yang diberikan oleh Allah, baik berupa kenikmatan ataupun kesempitan.
        
    Marilah kita bercermin kepada diri sendiri. Pernahkah ketika Allah memberikan ujian berupa kenikmatan dunia kita bertanya kepada-Nya, “Ya Allah, mengapa Engkau berikan nikmat ini kepadaku?”. Hampir bisa dipastikan 99,99% manusia tidak akan pernah bertanya seperti itu ketika ujian kenikmatan diberikan kepadanya. Yang selalu dipertanyakan adalah ketika ujian itu berupa ketidak nikmatan dan ketidak nyamanan. Benarkah demikian?
            Sebagai seorang hamba, dalam kondisi apapun seharusnya kita tidak boleh bersikap “mau enaknya sendiri”, artinya kita mencoba “mengelola” Allah supaya memberikan semua yang kita inginkan. Padahal kita tidak tahu apakah semua yang kita inginkan tersebut baik untuk kita atau tidak.
    
       
Allah sudah tahu apa yang “pas” untuk kita. Dia tidak akan pernah memberikan sesuatu yang tidak baik untuk kita. Karena itu berprasangka baik kepada-Nya adalah solusi terbaik yang bisa kita lakukan. Dengan demikian hidup kita akan selalu indah dan berwarna. Tidak suram dan penuh dengan masalah. Kepasrahan yang kita laku            kan akan membawa energi positif yang dapat memotivasi diri kita dalam menghadapi hidup ini.  Energi positif itulah yang kita butuhkan untuk bisa tetap bertahan dalam menghadapi pernak-pernik kehidupan.
           
Beberapa bulan kemudian, ketika ada sebuah acara silaturrahim, si tamu datang dengan anak-anaknya. Wajahnya sudah berbeda dari dahulu ketika ketemu saya. Binar keceriaan dan kebahagiaan terpancar dari wajahnya. Subhanallah, ternyata saran yang saya berikan beberapa waktu yang lalu telah mampu menjadikannya kuat dalam menghadapi hidup ini. Dan dengan kekuatan yang dimilikinya, Alhamdulillah Allah memberikan jalan keluar terbaik atas masalah yang dihadapinya. Satu persatu masalah terselesaikan dan kesempitan yang menghimpitpun sudah terlonggarkan.


           
Takdir Allah adalah sesuatu yang pasti dan tidak dapat kita hindari. Akan tetapi, kita sebagai manusia masih bisa mencoba untuk merubah takdir tersebut menjadi sesuatu yang indah sebagaimana yang kita harapkan atau kita inginkan. Kalau kita sudah berusaha untuk merubahnya dan tetap tidak sesuai dengan yang kita harapkan, artinya bahwa itulah yang menurut Allah terbaik untuk kita. Syukuri, sabar dan ikhlas untuk bisa menerimanya.






           
Sepenggal kisah berikut semoga bisa menjadi inspirasi bagi kita semua agar tetap optimis dalam hidup tanpa meninggalkan Dia sebagai penentu. Karena memang hanya Dialah yang punya hak paten untuk menentukan apa dan bagaimana hidup dan kehidupan kita.       Ada seorang gadis yang selalu konsisten di jalan dakwah. Ketika ada seorang ikhwan yang mengkhitbahnya, dia hanya berserah diri kepada Allah melalui shalat istikharahnya. Hasilnyapun didapat, dia harus menerima laki-laki yang tidak pernah dikenal sebelumnya. Bahkan secara fisik dia belum tahu karena memang dia tidak ingin tahu siapa calon suaminya. Dia hanya berprasangka baik kepada Allah bahwa siapapun dia, Insya Allah adalah yang terbaik menurut Allah untuk dirinya. Dan sungguh diluar dugaan, ternyata calon suaminya itu adalah seseorang yang Insya Allah Shalih dan berilmu.
      
     
Sikap pasrah dan ikhlas gadis tersebut telah dibalas Allah dengan sebuah nikmat yang tak ternilai dengan apapun. Bahkan membuat teman-temannya ingin mendapatkan nikmat yang sudah didapatnya. Karena itu, jika kita selalu menganggap takdirNya itu indah, Insya Allah kita tidak akan pernah merasa berputus asa dengan apa yang sudah ditetapkan oleh Allah kepada kita, meskipun menurut orang lain itu sangat tidak menyenangkan. Sesungguhnya balasan Allah kepada orang-orang yang sabar dan ikhlas akan takdirNya sungguh luar biasa dan tidak dapat dilogikakan dengan matematikanya manusia. Takdir itu indah, seindah Yang “Mengformatnya”.
        
   
Format Allah adalah format terbaik yang tidak akan bisa dicarikan tandingannya. Setiap bagian dari Format-Nya akan sangat bermakna dan mempunyai arti yang sangat mendalam bagi kehidupan setiap hamba-Nya. Kita harus pandai-pandai dalam mensikapi setiap bagian dari format kehidupan kita, sehingga kita akan bisa menjadi manusia-manusia pilihan yang bisa bertahan dalam hidup dan kehidupan ini.

    
     
   Hidup ini indah dan penuh dengan “kejutan-kejutan”. Terkadang kita tidak tahu mengapa Dia membuat skenario kehidupan kita berbeda dengan saudara kita, dengan teman kita, dengan orang-orang yang ada disekitar kita. Semua sudah ada kepastiannya, tidak ada sedikitpun “setting-an” kehidupan-Nya yang tidak “pas” untuk kita. Karena Dia Maha Tahu akan kemampuan kita sebagai hamba-Nya.
            Keindahan Takdir-Nya akan membawa kesan yang mendalam dalam kehidupan kita. Sehingga kita akan dengan bangga menggulirkan cerita tentang keindahan pernak-pernik kehidupan yang kita alami kepada generasi penerus kita untuk bisa menjadi ibroh bagi mereka dalam mengarungi lautan kehidupan.

Ketika kita pandai bersyukur atas apa yang diberikan-Nya, sabar dan ikhlas menerima semuanya, Insya Allah kita akan menjadi seorang “khalifah fil ard” yang “hebat”, yang tidak hanya baik dari segi hablumminannass akan tetapi juga hablumminallah. Tidak hanya baik dalam berhubungan dengan manusia lain, akan tetapi juga baik dalam berhubungan dengan Allah. Syukur, ikhlas dan sabar atas semua ketentuan-Nya Insya Allah akan dibalas dengan sebuah "kejutan" yang tak terduga dari-Nya. Kita hanya sekedar menjalani hidup ini dengan penuh tawakal tanpa harus  berambisi atas keinginan yang ada dalam diri kita. Allah tahu apa yang terbaik untuk kita dan tidak akan memberikan sesuatu yang tidak baik untuk kita. Semua sudah diatur sesuai dengan kapasitas kita masing-masing.
Sebagai penutup ada sebuah kisah tentang dua orang sahabat yang sedang memperebutkan “cinta” seorang laki-laki. Ternyata takdirnya Allah berkata lain. Si fulana A yang sangat mengagumi si laki-laki, pada kenyataannya bertepuk sebelah tangan. Si laki-laki lebih memilih si fulana B yang dianggapnya “pas” untuk dirinya. Si fulana A sempat tercabik-cabik hatinya. Dia tidak bisa menerima “takdir Allah” menurut kemampuan akalnya. Dia merasa kalau kenyataan itu tidak adil baginya. Dirinya mulai mengurangi aktifitas dakwahnya karena tidak ingin bertemu dengan si fulana B, sahabatnya.

Alhamdulillah setelah melalui perjuangan yang panjang akhirnya si fulana A bisa menerima kenyataan yang ada dihadapannya. Bahwa seseorang yang menurutnya terbaik untuk dirinya belum tentu itu adalah yang terbaik menurut Allah untuk dirinya. Dan Alhamdulillah beberapa waktu kemudian si fulana A mendapatkan seorang suami yang sangat sayang kepadanya dan memiliki kelebihan-kelebihan yang lebih banyak dari laki-laki yang dulu diinginkannya untuk menjadi suaminya.



Takdir-Nya itu sangat...sangat...sangat indah. Ketika kita bisa menikmati dan menyelaminya untuk mengambil ibroh darinya, Insya Allah kita akan menjadi orang yang bijak dalam mengarungi hidup dan kehidupan ini. Orang-orang yang hebat kalau kita telusuri sejarah kehidupannya adalah orang-orang yang bisa menyelami dan memaknai hidup dan kehidupannya. Tidak ada keluh kesah. Yang ada adalah berpikir positif atas apa yang terjadi pada dirinya sebagai motivasi dalam memperbaiki hidup dan kehidupannya untuk mencapai kesusksesan dunia dan akhirat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar