“Klik”-nya Allah
Hidup
ini indah apabila kita bisa menikmati hidup ini dengan ikhlas, sabar dan
tawakal serta istiqomah. Kalau kita tidak bisa menjalani semua tersebut dan
belum menyadari tentang hakekat hidup dan kehidupan, Insya Allah kita akan
selalu merasa susah dan sedih terus menerus dengan ujian dari Allah yang berupa
musibah. Keyakinan kita tentang pengetahuan Allah akan diri kita masih sangat
perlu kita perbaiki dan kita tingkatkan lagi. Ada beberapa kejadian yang
mungkin bisa kita ambil sebagai ibroh untuk kita semua.
Ada
seorang akhwat, sebut saja si fulani yang sedang merasa jengkel dan kesal
karena ketika mengadakan kajian di rumahnya tidak banyak yang datang. Sementara
ketika ada pertemuan ditempat akhwat yang lain pesertanya bejibun...bahkan
konsumsinya sampai kurang. Akibat yang paling sangat fatal adalah si fulani
tidak mau lagi menghadiri acara kajian umahat yang diadakan. Masya
Allah...sudah kena musibah, eh malah melepaskan tali ukhuwah. Dua point sudah
hilang dari hidupnya. Padahal dengan adanya kajian sitarurahim yang diadakan
Insya Allah banyak manfaat yang bisa kita dapatkan. Yang kaya bisa menyalurkan
dana bagi yang membutuhkan dan yang membutuhkan mendapatkan kelapangan dari
Allah berupa rizqi yang dapat meringankan beban hidupnya.
Terkadang kita tidak menyadari ada apa dibalik semua kejadian berupa musibah yang diberikan kepada kita. Coba kita telaah sedikit saja... ketika si fulani ketempatan dan sedikit yang datang Insya Allah Dia punya maksud yang baik untuk kita. Pertama, ketika kita sabar dan ikhlas dengan semua yang terjadi maka sebenarnya Allah akan memberikan ladang pahala yang banyak kepada si fulani. Dia bisa membagikan sisa nasi kotaknya kepada para tetangganya... pahala sedekah. Berapa pahala yang akan didapat dari sedekah nasi kotak tersebut? Selanjutnya, Allah pasti akan menggantikannya dengan kejutan-kejutan indah berupa kesehatan, ilmu yang bermanfaat dan bahkan bisa jadi berupa uang tunai yang berlipat. Kedua istiqomah dan tawakal... dengan istiqomah yang kita lakukan Insya Allah kita tidak akan terlepas dari buhul tali Dien Allah yang mahal harganya. Terjalinnya tali silaturrahim diantara si fulani dengan teman-temannya setidaknya akan memudahkan si fulani untuk selalu menata hati dan dirinya agar tidak melanggar syariat-syariat Allah. Nilai tawakal yang dimiliki si fulani dengan membagi-bagikan nasi kotak kepada para tetangga dan akhirnya akan memunculkan jiwa berbagi dengan sesama yang mungkin selama ini tidak pernah dilakukan oleh si fulani.
Memang
berat dan membutuhkan perjuangan yang hebat untuk bisa mengalahkan ego kita.
Kalau kita ingat bahwa kita boleh memunculkan ego kita ketika berbicara tentang
mempertahankan Dien kita. Kesadaran yang seperti itulah yang sangat sulit kita
dapatkan dalam diri para umahat yang akibatnya juga berimbas kepada para akhwat
lajang. Urusan pribadi dan harga diri adalah nimr satu, tanpa melihat apakah
itu sudah sesuai dengan dyariat atau tidak.
Beberapa
tahun kemudian, ketika si Fulani dan suami sedang duduk santai di teras rumah.
Ditemani secangkir teh dan dua piring srawut, keduanya asyik berdiskusi tentang
emansipasi wanita atau pangarusataman gender. Tiba-tiba datanglah si tamu yang
beberapa tahun lalu pernah meminjam uang kepada mereka. Setelah menjawab salam,
si Fulani mempersilahkan si tamu untuk duduk. Setelahberbincang-bincang agak
lama, si tamu tiba-tiba mengeluarkan sebuah amplop dari dalam tasnya. Dan
surprise, tamu tersebut mengatakan bahwa uang sejumlah lima juta yang terdapat
dalam amplop tersebut adalah uang yang dulu dipinjamnya. Alhamdulillah berkat
bantuan si fulani dan suaminya, usaha yang dirintisnya bisa berjalan dengan
lancar dan bahkan sekarang dia sudah mempunyai beberapa cabang di kota lain.
Subhanallah, sungguh rahasia Allah itu sangat indah untuk kita.
Cerita
ketiga ini adalah pengalaman riil penulis. Sore hari itu, penulis dan suami
sedang berjalan-jalan untuk berbelanja ke pasar. Sampai ditengah jalan, mereka
bertemu dengan salah seorang ibu yang mempunyai empat anak kecil-kecil dan
kondisinya memang sangat tidak mampu. Dalam hati tidak ada niatan untuk
membelikan ataupun memberi apapun kepada mereka. Entah mengapa, tiba-tiba saya
ingin membelikan anak-anak saya lumpia. Kebetulan penjual lumpia tersebut juga
berjualan beraneka lauk-pauk. Tanpa sengaja ingatan saya tiba-tiba tertuju
kepada si ibu dan anak-anaknya. Tanpa berpikir panjang, saya langsung memesan
beberapa lauk dan sayur untuk mereka. Ibu tersebut sangat gembira ketika
menerima “bingkisan” tersebut. Alhamdulillah sudah bisa membantu meringankan
sedikit beban hidup mereka.
Sore harinya, suami saya kebetulan diminta mengisi di daerah Sidoarjo oleh salah seorang muridnya. Subhanallah ketika suami saya pulang, Allah menggantikan uang yang sudah saya keluarkan tadi dengan sepuluh kali lipat. Subhanallah, rumus matematika manapun tidak akan bisa untuk memecahkan soal hitungan tersebut.
Sore harinya, suami saya kebetulan diminta mengisi di daerah Sidoarjo oleh salah seorang muridnya. Subhanallah ketika suami saya pulang, Allah menggantikan uang yang sudah saya keluarkan tadi dengan sepuluh kali lipat. Subhanallah, rumus matematika manapun tidak akan bisa untuk memecahkan soal hitungan tersebut.
Kilk-klik
Allah adalah sesuatu yang nyata. Akal pikir manusia tidak akan pernah bisa
untuk memikirkannya, tidak masuk diakal. Tidak bisa dihitung dengan
matematikanya manusia dimana jika plus dan plus menjadi plus-plus dan minus
dengan minus akan menjadi minus-minus. Sedangkan matematikanya Allah justru
berbeda jauh. Ketika kita mengeluarkan sedikit, Allah akan menggantikannya
dengan yang lebih banyak. Bisa jadi berupa kesehatan, ilmu yang bermanfaat dan
bisa juga dengan kontan berupa uang tunai.
Tidak mudah untuk bisa memahami klik-kliknya Allah. Rasa manusiawi kita yang muncul bisa jadi malah menurunkan ghiroh kita untuk bersedekah di jalan Allah. Sayang dan cinta dengan harta yang sebenarnya hanya titipan semata. Bahkan kecintaannya akan harta melebihi kecintaan pada dirinya sendiri. Rela berkorban apapun untuk harta tetapi sangat enggan untuk berkorban di jalan Allah, karena memang tidak ada jaminan khusus di dunia akan hal tersebut. Sebagai seorang muslim, hendaknya kita sadar tentang hal tersebut. Harta, tahta dan wanita/pria adalah titipan dari Allah yang tidak kekal keberadaannya akan tetapi telah mampu memabukkan dan melenakan manusia dari nikmat-nikmat-Nya yang lain, termasuk kampung akhirat yang kekal abadi.