Cerita ini terjadi sepuluh tahun yang lalu, ketika anakku yang pertama masih bersekolah di Taman
Kanak-Kanak. Nama anakku adalah Dziyaaul Haqqi Ahmad, panggilannya Haqqi. Memang, sejak bayi sampai sekarang, perkembangan kognitifnya sangat menonjol, kecerdasan visual spasial dan logik matematiknya sangat tinggi. Dan daya nalarnya berkembang sangat baik sekali untuk anak seusianya.Alhamdulillah, segala puji bagi-Mu ya Allah.
Setiap kali berangkat dan pulang sekolah, dia selalu minta untuk naik becak. Alasannya adalah dengan naik becak, dia bisa melihat banyak hal selama perjalan dan biasanya bertanya tentang apa yang dilihatnya. Pagi itu, kami naik becak berdua ke sekolahnya. Kebetulan oleh si tukang becaknya dilewatkan jalur yang lain, tidak seperti biasanya. Waktu lewat didepan sebuah masjid, dia bertanya tentang kenapa masjid kok ada kubahnya, kenapa kok harus ada imam ketika shalat dan yang menarik adalah pertanyaannya tentang "kenapa aku setiap hari harus shalat?".
kekuatan. Dengan makanan yang kita makan, kita bisa melakukan semua aktifitas kita, karena adanya kekuatan dari makanan yang kita makan. Nah, kalau kita tidak makan, bagaimana kita bisa beraktifitas dengan baik dalam kondisi lapar? Sholat juga seperti itu. Kita membutuhkan shalat karena Allah menciptakan manusia untuk beribadah kepada Allah.Beribadah disini adalah semua, apapun yang kita lakukan mulai dari bangun tidur sampai tidur lagi, itulah yang dinamakan dengan ibadah.Asalkan tidak melanggar semua aturan-aturan atau perintah-perintah Allah. Artinya adalah semua perbuatan-perbuatan kita yang baik dan tidak melanggar aturan yang sudah diberikan oleh Allah, itulah yang dinamakan ibadah.
Kulihat sejenak wajah anakku, sembari mengusap kepalanya, aku bertanya apakah dia mengerti apa yang aku katakan. Kemudian dia bertanya, "Kalau begitu Ummi, aku sekolah ini juga ibadah ya?". Subhanallah, jawaban yang exellent untuk anak seusianya. "That's right mas, benar sekali jawabannya", jawabku. Alhamdulillah Ya Allah, Engkau telah memberiku seorang anak yang cerdas...semoga dia juga menjadi anak yang shalih...Insya Allah aamiin.
Selanjutnya, aku menjelaskan bahwa shalat itu dibutuhkan oleh setiap orang karena shalat itu sama
dengan makan, yaitu sumber kekuatan hidup manusia. Sumber kekuatan untuk melakukan kebaikan dalam hidupnya. Kalau manusia tidak shalat, dia tidak akan bisa melakukan semua ibadahnya dengan baik. Seperti orang yang lapar tadi, badan terasa lemas dan tidak bertenaga.
Demikian juga dengan shalat. Orang yang tidak mau melakukan shalat dalam hidupnya sama dengan orang yang lapar tadi. Dia tidak akan bisa beraktifitas dengan baik, pastinya dia akan selalu melakukan perbuatan-perbuatan yang dilarang oleh Allah. Mengapa begitu? Karena tidak ada yang menjadi “rem”-nya. Ibarat sebuah sepeda, remnya rusak, jadi jalannya kencang dan tidak terkendali. Akhirnya, sepeda tadi akan jatuh dan orang yang menaikinya akan terjatuh.
“Berarti, kalau aku tidak shalat, Allah akan marah ya Ummi?”,
tanyanya lagi. Dengan penuh kasih sayang kuusap kepalanya dan kupeluk dia.
Kubisikkan dalam telinganya, “Ummi do’akan kamu menjadi anak yang shalih, yang
selalu berada dijalan-Nya. Insya Allah aamiin”.
Terkadang kita tidak tahu, betapa pandainya anak-anak kita. Betapa
kritisnya mereka. Apapun yang ada dihadapan mereka, mereka selalu ingin
mengetahuinya, termasuk apa yang diperintahkan dan dilarang oleh Allah. Kita
sebagai orang tua harus pandai-pandai memilih dan memilah, baik kata-kata
ataupun amal perbutan kita agar anak-anak kita bisa mengambil suri teladan dari
apa yang kita lakukan.
Jadilah seorang ibu, seorang mama, seorang ummi yang pandai untuk
anak-anakmu. Karena jika
seorang ibu itu “pandai”Insya Allah anaknya juga akan menjadi anak-anak yang pandai. Sekilas cerita tersebut adalah salah satu gambaran pertanyaan yang mungkin ditanyakan oleh anak-anak kita. Nah, kalau kita tidak “pandai” dan tidak paham dengan anak-anak kita, pasti yang keluar bukan jawaban dari pertanyaan yang diajukan oleh anak kita, tetapi kita akan memarahi anak kita dan mengatakan kepadanya untuk DIAM dan tidak berbicara lagi. Ummi seperti apakah kita?
seorang ibu itu “pandai”Insya Allah anaknya juga akan menjadi anak-anak yang pandai. Sekilas cerita tersebut adalah salah satu gambaran pertanyaan yang mungkin ditanyakan oleh anak-anak kita. Nah, kalau kita tidak “pandai” dan tidak paham dengan anak-anak kita, pasti yang keluar bukan jawaban dari pertanyaan yang diajukan oleh anak kita, tetapi kita akan memarahi anak kita dan mengatakan kepadanya untuk DIAM dan tidak berbicara lagi. Ummi seperti apakah kita?
top markotop .....
BalasHapus