Ternyata Selingkuh itu tak Indah
“Lha nggih mik, wong urip kok mboten nrimo. Sampun gadhah bojo nggenah eh malah pados lintu”, cerita ibu penjual kepadaku (artinya : Lha iya mik, hidup kok tidak menerima. Sudah punya suami yang baik eh malah mencari yang lain). Itulah fenomena hidup. Tidak hanya penjual di pasar yang bisa berbuat seperti itu. Seorang guru-pun bisa melakukan perbuatan tersebut. Bahkan dengan rekan sekerjanya, sesama guru yang notabene adalah seorang pendidik.
bekerja di sebuah instansi milik seorang konglomerat di negeri ini. Kebetulan teman salah seorang teman kantor “bermain api” dengan rekan kerjanya, Cuma beda divisi. Nah kata-kata selingkuh pertama kali aku dengar saat itu dan kondisi riil dilapangan masih sangat minim sekali. Untuk saat ini, jumlah prosentase laki-laki dan perempuan yang melakukan perselingkuhan meningkat sangat pesat. Mengapa demikian?
Peluang wanita bekerja diluar rumah memang salah satu faktor utama merebaknya perselingkuhan saat ini. Alasan untuk memenuhi kebutuhan ekonomi menjadi dasar utama mengapa mereka berbondong-bondong keluar rumah untuk “membantu” suami mereka mencari nafkah. Sebuah alasan klise yang sebenarnya merupakan suatu upaya untuk “melepaskan diri” dari tanggung jawab utamanya, yaitu sebagai seorang ibu rumah tangga yang kesehariannya selalu berkutat dengan pekerjaan rumah tangga yang tidak ada habisnya.
isterinya punya pria idaman lain selain dirinya yang syah. Atau sebaliknya. Mereka hanya berpikir tentang kenyamanan ekonomi, sementara mengabaikan hal yang seharusnya merupakan sesuatu yang prinsip dan ada syar’i. Dan kesalahan tersebut mereka anggap biasa, tidak ada beban pada diri mereka bahwa apa yang mereka lakukan tersebut akan dimintai pertanggung jawaban oleh Allah S.W.T..
Kalau kita bisa berpikir lebih
realistis, tidakkah kita menyadari bahwa suami atau isteri dan anak-anak yang
diberikan oleh Allah kepada kita adalah sesuatu yang sangat berharga dalam
hidup kita? Mereka selalu ada disaat kita butuh mereka. Mereka adalah
segala-galanya. Karunia terindah dari Allah untuk kita. Amat disayangkan kalau
kita tidak bisa mengelola amanah tersebut hanya karena nafsu dunia. Cinta
lokasi atau apalah yang pada intinya menganggap orang lain lebih baik dari
suami atau isteri di rumah. Ada sebuah pepatah yang dijadikan judul sebuah
buku, yaitu “Rumput Tetangga Tidak Lebih Hijau Dari Rumput Sendiri”. Maknanya
adalah bahwa apa yang terlihat begitu “menggoda” belum tentu lebih baik dari
apa yang kita miliki. Belum tentu nanti ketika kita menikah dengan laki-laki
atau wanita lain kondisi rumah tanggabaru yang kita bina bisa lebih baik dari
sebelumnya. Biasanya laki-laki atau wanita idaman lain itu tidak lebih baik
dari suami atau isteri terdahulu.
Semoga uraian dan penggalan kisah tersebut bisa menjadi ibroh untuk kita semua sehingga kita bisa introspeksi diri untuk bisa berpikir lebih panjang lagi dalam melangkah dan berbuat dalam kehidupan kita. Kunci hidup yang harus kita pegang adalah sabar, ikhlas dan tawakal atas ketentuan-Nya. Insya Allah dibalik semua ujian yang diberikan oleh Allah kepada kita, baik itu berupa kenikmatan ataupun kesusahan pasti ada hikmah dibalik semua itu yang akan diberikan-Nya sebagai hadiah terindah untuk kita. Dan pada akhirnya kita akan merasakan bahwa perselingkuhan itu bukanlah sebuah keindahan dan kebahagiaan melainkan sebuah malapetaka yang membuat kita berbuat dosa kepada orang-orang terkasih dan tersayang kita. Dan tidak sedikit yang pada akhirnya berujung dengan sebuah kehancuran dan penyesalan yang tidak kunjung henti dalam hidup kita
Tidak ada komentar:
Posting Komentar