Rabu, 04 Desember 2013

Klik-nya Allah

“Klik”-nya Allah

Hidup ini indah apabila kita bisa menikmati hidup ini dengan ikhlas, sabar dan tawakal serta istiqomah. Kalau kita tidak bisa menjalani semua tersebut dan belum menyadari tentang hakekat hidup dan kehidupan, Insya Allah kita akan selalu merasa susah dan sedih terus menerus dengan ujian dari Allah yang berupa musibah. Keyakinan kita tentang pengetahuan Allah akan diri kita masih sangat perlu kita perbaiki dan kita tingkatkan lagi. Ada beberapa kejadian yang mungkin bisa kita ambil sebagai ibroh untuk kita semua.

Ada seorang akhwat, sebut saja si fulani yang sedang merasa jengkel dan kesal karena ketika mengadakan kajian di rumahnya tidak banyak yang datang. Sementara ketika ada pertemuan ditempat akhwat yang lain pesertanya bejibun...bahkan konsumsinya sampai kurang. Akibat yang paling sangat fatal adalah si fulani tidak mau lagi menghadiri acara kajian umahat yang diadakan. Masya Allah...sudah kena musibah, eh malah melepaskan tali ukhuwah. Dua point sudah hilang dari hidupnya. Padahal dengan adanya kajian sitarurahim yang diadakan Insya Allah banyak manfaat yang bisa kita dapatkan. Yang kaya bisa menyalurkan dana bagi yang membutuhkan dan yang membutuhkan mendapatkan kelapangan dari Allah berupa rizqi yang dapat meringankan beban hidupnya.

Terkadang kita tidak menyadari ada apa dibalik semua kejadian berupa musibah yang diberikan kepada kita. Coba kita telaah sedikit saja... ketika si fulani ketempatan dan sedikit yang datang Insya Allah Dia punya maksud yang baik untuk kita. Pertama, ketika kita sabar dan ikhlas dengan semua yang terjadi maka sebenarnya Allah akan memberikan ladang pahala yang banyak kepada si fulani. Dia bisa membagikan sisa nasi kotaknya kepada para tetangganya... pahala sedekah. Berapa pahala yang akan didapat dari sedekah nasi kotak tersebut? Selanjutnya, Allah pasti akan menggantikannya dengan kejutan-kejutan indah berupa kesehatan, ilmu yang bermanfaat dan bahkan bisa jadi berupa uang tunai yang berlipat. Kedua istiqomah dan tawakal... dengan istiqomah yang kita lakukan Insya Allah kita tidak akan terlepas dari buhul tali Dien Allah yang mahal harganya. Terjalinnya tali silaturrahim diantara si fulani dengan teman-temannya setidaknya akan memudahkan si fulani untuk selalu menata hati dan dirinya agar tidak melanggar syariat-syariat Allah. Nilai tawakal yang dimiliki si fulani dengan membagi-bagikan nasi kotak kepada para tetangga dan akhirnya akan memunculkan jiwa berbagi dengan sesama yang mungkin selama ini tidak pernah dilakukan oleh si fulani.

Memang berat dan membutuhkan perjuangan yang hebat untuk bisa mengalahkan ego kita. Kalau kita ingat bahwa kita boleh memunculkan ego kita ketika berbicara tentang mempertahankan Dien kita. Kesadaran yang seperti itulah yang sangat sulit kita dapatkan dalam diri para umahat yang akibatnya juga berimbas kepada para akhwat lajang. Urusan pribadi dan harga diri adalah nimr satu, tanpa melihat apakah itu sudah sesuai dengan dyariat atau tidak.



Beberapa waktu yang lalu, si Fulani kedatangan seorang tamu. Setelah ngobrol sana-sini, ujung-ujungnya si tamu bermaksud meminjam uang lima ratus ribu rupiah. Akhirnya si fulani dan suami sepakat kalau uang tersebut kita anggap sebagai sedekan saja karena secara finansial saat itu, uang yang dimiliki oleh si Fulani dan suami jumlahnya hanya itu. Dengan bismillah diserahkan uang tersebut  kepada si tamu. Si Fulani dan suami sengaja tidak mengatakan kepada sang kalau itu adalah sedekah dari dirinya dan suami. Hanya saja mereka berdua mengatakan kepada si tamu. Subhanallah...si tamu pulang sambil menangis karena dia tidak perlu kebingungan untuk mencari uang. Dari wajahnya terbersit kebahagiaan yang ditunjukkan lewat senyumannya.

Beberapa tahun kemudian, ketika si Fulani dan suami sedang duduk santai di teras rumah. Ditemani secangkir teh dan dua piring srawut, keduanya asyik berdiskusi tentang emansipasi wanita atau pangarusataman gender. Tiba-tiba datanglah si tamu yang beberapa tahun lalu pernah meminjam uang kepada mereka. Setelah menjawab salam, si Fulani mempersilahkan si tamu untuk duduk. Setelahberbincang-bincang agak lama, si tamu tiba-tiba mengeluarkan sebuah amplop dari dalam tasnya. Dan surprise, tamu tersebut mengatakan bahwa uang sejumlah lima juta yang terdapat dalam amplop tersebut adalah uang yang dulu dipinjamnya. Alhamdulillah berkat bantuan si fulani dan suaminya, usaha yang dirintisnya bisa berjalan dengan lancar dan bahkan sekarang dia sudah mempunyai beberapa cabang di kota lain. Subhanallah, sungguh rahasia Allah itu sangat indah untuk kita.

Cerita ketiga ini adalah pengalaman riil penulis. Sore hari itu, penulis dan suami sedang berjalan-jalan untuk berbelanja ke pasar. Sampai ditengah jalan, mereka bertemu dengan salah seorang ibu yang mempunyai empat anak kecil-kecil dan kondisinya memang sangat tidak mampu. Dalam hati tidak ada niatan untuk membelikan ataupun memberi apapun kepada mereka. Entah mengapa, tiba-tiba saya ingin membelikan anak-anak saya lumpia. Kebetulan penjual lumpia tersebut juga berjualan beraneka lauk-pauk. Tanpa sengaja ingatan saya tiba-tiba tertuju kepada si ibu dan anak-anaknya. Tanpa berpikir panjang, saya langsung memesan beberapa lauk dan sayur untuk mereka. Ibu tersebut sangat gembira ketika menerima “bingkisan” tersebut. Alhamdulillah sudah bisa membantu meringankan sedikit beban hidup mereka. 

Sore harinya, suami saya kebetulan diminta mengisi di daerah Sidoarjo oleh salah seorang muridnya. Subhanallah ketika suami saya pulang, Allah menggantikan uang yang sudah saya keluarkan tadi dengan sepuluh kali lipat. Subhanallah, rumus matematika manapun tidak akan bisa untuk memecahkan soal hitungan tersebut.

Kilk-klik Allah adalah sesuatu yang nyata. Akal pikir manusia tidak akan pernah bisa untuk memikirkannya, tidak masuk diakal. Tidak bisa dihitung dengan matematikanya manusia dimana jika plus dan plus menjadi plus-plus dan minus dengan minus akan menjadi minus-minus. Sedangkan matematikanya Allah justru berbeda jauh. Ketika kita mengeluarkan sedikit, Allah akan menggantikannya dengan yang lebih banyak. Bisa jadi berupa kesehatan, ilmu yang bermanfaat dan bisa juga dengan kontan berupa uang tunai.

Tidak mudah untuk bisa memahami klik-kliknya Allah. Rasa manusiawi kita yang muncul bisa jadi malah menurunkan ghiroh kita untuk bersedekah di jalan Allah. Sayang dan cinta dengan harta yang sebenarnya hanya titipan semata. Bahkan kecintaannya akan harta melebihi kecintaan pada dirinya sendiri. Rela berkorban apapun untuk harta tetapi sangat enggan untuk berkorban di jalan Allah, karena memang tidak ada jaminan khusus di dunia akan hal tersebut. Sebagai seorang muslim, hendaknya kita sadar tentang hal tersebut. Harta, tahta dan wanita/pria adalah titipan dari Allah yang tidak kekal keberadaannya akan tetapi telah mampu memabukkan dan melenakan manusia dari nikmat-nikmat-Nya yang lain, termasuk kampung akhirat yang kekal abadi.