Selasa, 01 Oktober 2013

MAN RABBUKA

Man Rabbuka?

Anak adalah amanah dari Allah untuk kita, para orang tua.  Sungguh sebuah amanah yang sangat berat untuk setiap orang tua. Baik tidaknya seorang anak, selain ditentukan oleh takdir Allah, orang tua juga memegang “andil” didalamnya. Orang tua memegang peranan sangat penting dalam pendidikan anak-anak kita, terkait didalamnya adlah pendidikan aqidah dan akhlaq si anak. Kita sebagai para orang tua, tidak boleh berputus asa ketika melihat anak-anak kita masih belum mau atau engan menjalankan semua perintah Allah. Uswatun Khasanah dan do’a jangan pernah lepas kita panjatkan agar anak-anak kita menjadi anak-anak yang shalih dan shalihah.


Hidayah itu datangnya tak disangka-sangka. Ketika kita berusaha untuk meraihnya maka

Allah akan memberikannya. Bahkan tidak dimintapun, terkadang Allah juga memberikannya.  Akan tetapi secara sunatullahnya memang kita harus meraih hidayah tersebut. Ketika anak kita masih belum mendapatkan hidayah dari Allah, jangan pernah lepas untuk membantu mereka mendapatkan hidayah tersebut sebagai sebuah penyadaran bagi mereka dalam menjalankan semua perintah Allah dan menjauhi semua larangan-Nya.

Mungkin cerita yang akan aku paparkan ini adalah sebuah ibroh yang tidak begitu berarti atau sangat tidak bermakna. Akan tetapi dari ibroh kecil ini Insya Allah kita bisa mengambil sedikit hikmah dibalik semua itu. Aku  tidak pernah berhenti memotivasi anak-anak saya untuk melaksanakan shalat lima waktu tepat pada waktunya. Untuk yang nomor satu dan nomor dua Alhamdulillah shalat lima waktunya sudah oke, bahkan ditambah shalat sunnah Dhuha dan Tahajud. Sedangkan yang dua lagi, yaitu nomor tiga dan empat masih belum mau untuk melaksanakan shalat lima waktu. Keduanya hanya mau melaksanakan shalat ketika di sekolah atau ketika hatinya lagi “enak” saja. Setiap hari ketika aku bertanya tentang kapan akan melaksanakan shalat lima waktu, selalu dijawab dengan diam seribu bahasa dan berusaha mengalihkan perhatian umminya. Waktu berjalan, tak terasa si nomor tiga sudah naik ke kelas empat. Saatnya untuk menagih janji….

Pada suatu hari, ketika aku sedang tiduran santai, si nomor tiga mendekat dan  bertanya, “Mi, pada saat manusia meninggal, malaikat munkar dan nankir bertanya apa?” aku tertawa dan kemudian menjawab pertanyaan si nomor tiga, “Mbak, pada saat manusia meninggal itu apa yang tidak terputus? Amal yang shalih, ilmu yang bermanfaat dan anak yang shalih”. “Trus kita ditanya apa setelah orang-orang pergi meninggalkan mayat kita?”, lanjutnya. Sejenak aku melihat wajah anakku yang mulai tumbuh remaja…wajahnya masih polos belum terwarnai oleh apapun. Kupeluk dia dan kuelus kepalanya sembari mengusap-usap punggunnya aku menjawab pertanyaannya. “Mbak Qoulin, ketika manusia meninggal maka malaikat munkar dan nankir akan dating kepada kita setelah semua orang yang mengantarkan jenazah pergi meninggalkan pemakaman. Tiga langkah pelayat pulang, tibalah saatnya si mayat bersiap-siap menjawab pertanyaan sang malaikat. Salah satu pertanyaan yang diajukan adalah Man Rabbuka? Mbak Qoulin tahu apa artinya?”, tanyaku pada anakku. Dia menggeleng. Dan tanpa terduga dia memberikan respon yang positif. Dia bertanya, “Kalau aku nggak bisa menjawab apakah malaikat akan marah kepadaku Ummi?”. Aku tersenyum. Dengan perlahan aku berikan pengertian kepadanya. “ Mbak, ketika kita tidak bisa menjawab pertanyaan malaikat munkar dan nankir, maka kedua malaikat tersebut akan mencambuk kita dan tubuh kita akan berdarah-darah. Kamu ingat waktu melihat film di you tube tentang seorang anak yang durhaka? Nah, kira-kira yah seperti itulah mbak nanti ketika dialam kubur”.

Kulihat wajahnya agak ketakutan, kasihan anakku. Perlahan dia melihat wajahku dan keluar sebuah pertanyaan yang tidak pernah aku duga sebelumnya. “Ummi, aku takut karena aku tidak mengerti arti pertanyaan yang diberikan oleh malaikat munkar dan nankir. Aku takut kalau dicambuk Ummi. Pasti sakit sekali”, Tanya Qoulin kepadaku. Aku tertawa dan kucium keningnya. “Makanya mbak Qoulin harus shalat lima waktu. Kalau kita rajin shalat lima waktu plus shalat sunnah seperti tahajud, dhuha dan masih banyak lagi, Insya Allah kita akan mudah untuk menjawab setiap pertanyaan yang diajukan oleh malaikat munkar dan nankir. Nah, apakah mbak Qoulin sekarang mau shalat lima waktu? Kan janji sama Ummi kalau sudah kelas empat akan shalat lima waktu”, tanyaku kepada Qoulin.

Jawaban yang aku dapatkan sungguh mengejutkan. Sembari memelukku dengan erat dia berkata, “Ummi, mulai besok aku akan shalat lima waktu. Aku nggak mau kalau sampai dicambuk oleh malaikat munkar dan nankir. Aku taubatan nasuha Ummi”, dengan wajah memelas karena takut Qoulin berjanji kepadaku. Kuusap kepalanya dan kupeluk dia dengan penuh kasih sayang. Alhamdulillah Ya Allah do’aku akhirnya Engkau kabulkan. Aku tidak usah memaksanya untuk melaksanakan shalat lima waktu, akan tetapi Allah memberikan hidayah kepada anakku sehingga dia dengan kesadarannya sendiri mau untuk melaksanakan shalat lima waktu. Alhamdulillah Masya Allah, sampai sekarang mbak Qoulin rajin melaksanakan shalat lima waktu plus Dhuha…semoga kedepan bisa lebih baik lagi dan bertambah untuk shalat sunnahnya…aamiin.

Sedikit cerita kecil diatas semoga bisa menjadikan kita sadar dan malu untuk tidak melaksanakan shalat lima waktu. Paling tidak anak kecil usia sepuluh tahun sudah bisa memahami bahwa shalat itu bisa menjauhkan dirinya dari siksa api neraka, paling tidak kita yang lebih tua bisa mempunyai kesadaran yang lebih baik lagi daripada mereka. Intinya adalah kesabaran dan kasih sayang akan menjadikan orang-orang tersayang kita menjadi orang-orang yang disayang oleh Allah. Ya Rabb, Dzat Penguasa alam semesta. Engkau yang Maha membolak-balikkan hati hamba-Mu, balikkanlah hati kami untuk selalu condong kepada Dien-Mu. Janganlah Engkau biarkan hati kami berpaling dari-Mu…aamiin.