Senin, 07 Januari 2013

Hadiah terindah Untukku


HADIAH TERINDAH UNTUKKU

     Ketika kubaca sebuah status di facebook-ku, ada sebuah keluhan dari seorang wanita tentang suami dan perkawinannya. Dia mengeluhkan kalau dirinya merasa jenuh dengan kondisi yang dialaminya sekarang. Bahkan ada indikasi kemunculan orang ketiga dalam kehidupannya. Dan yang lebih mengejutkan lagi, justru wanita inilah yang mempunyai Pria Idaman Lain. Seorang muslimah yang terpesona oleh dunia baru diluar dirinya yang baru diketahuinya. Sungguh indah dan mempesona......seperti dalam cerita sebuah sinetron yang ada di televisi-televisi. Kebetulan saja status itu mampir ke dunia maya, di dunia nyatapun tidak sedikit muslimah yang terjebak oleh kondisi seperti itu. Sungguh ironis dan memprihatinkan, walaupun tidak semua seperti itu (hanya beberapa saja) akan tetapi sudah bisa membuat “jelek” kredibilitas muslimah di masyarakat. Bagaimana semua itu bisa terjadi? Akibat dari feminisme ataukah sudah takdir?

Apakah itu esensi sebuah pernikahan? Yang hanya mempunyai arti sebagai sebuah ikatan antara seorang pria dan wanita untuk menghalalkan mereka melakukan hal-hal yang tidak diperbolehkan oleh agama sebelumnya? Sebuah persepsi yang salah dan perlu diperbaiki. Pernikahan tidaklah seperti itu akan tetapi mempunyai makna yang luas, bahkan sangat luas..........baik dari sisi habluminallah ataupun habluminannasnya. Akan tetapi tidakkah kita pernah berpikir secara positif tentang apa yang sudah diberikan oleh Allah kepada kita, yaitu suami kita?

Ketika aku menerima suamiku, yang ada dalam diriku adalah positive thinking kepada Allah bahwa dia adalah yang terbaik untukku. Allah tidak akan memberikan seseorang yang nantinya akan membawa kumudhorotan kepadaku. Hanya itu yang ada dalam hati dan pikiranku, apalagi hasil sholat istikharahku adalah positif. Sebelumnya aku kemukakan disini bahwa enam bulan sebelum aku dikhitbah oleh suamiku, aku memang sempat sholat istikharah, tetapi bukan untuk suamiku melainkan untuk beberapa pria yang kebetulan suka sama aku. Nah untuk membuktikan siapa yang terbaik untukku aku sholat istikharah. Hasilnya? Bukan ketiga orang itu yang muncul dalam mimpiku melainkan suamiku. Aku sendiri juga agak bingung dan takut karena terus terang saja aku tidak mengenal suamiku sebelumnya. Proses kami Islami sekali. Aku dan suamiku hanya diminta untuk sholat istikharah tanpa diberitahu siapa orang yang akan dijodohkan dengan kami. Namanya juga jodoh dan Insya Allah pilihan Allah yang terbaik untukku meskipun ada yang berusaha untuk menghalangi ya..... tetap aja jadi.

Bahkan ketika orang tuaku bertanya kepadaku tentang siapa dia, ya aku jawab dengan sebenarnya kalau aku tidak tahu siapa dia tapi keyakinanku akan hasil sholat istikarahku irulah yang membuat aku menerima dia meskipun aku tidak tahu siapa dia. Ibuku sempat marah kepadaku. Ya, aku sendiri menyadari sebagai orang tua beliau tidak menginginkan anaknya mendapatkan suami yang tidak baik. Karena kebetulan waktu itu aku bekerja di sebuah instansi milik seorang pengusaha terkenal di Indonesia dan kebetulan tangan kanan orang nomor satu di Indonesia. Gajiku waktu itu sekitar tahun 1998 adalah lebih dari enam ratus ribu belum uang makan per hari sebesar tujuh ribu lima ratus rupiah. Jadi total gajiku saat itu sudah sangat besar sekali. Tidak salah kalau ibuku menginginkan aku mempunyai seorang  suami mempunyai gaji paling tidak sama atau bahkan lebih dari gajiku saat itu. Karena setiap orang tua pasti tidak menginginkan kalau anaknya akan sengsara setelah menikah. Itu sudah sunatullah. Yang perlu diperhatikan adalah bahwa kehendak-Nya tidaklah sama dengan kehendak manusia. Bukankah Allah sudah mentakdirkan kita ketika didalam kandungan bunda kita? Tentang hidup dan mati kita, tentang siapa jodoh kita dan tentang qodho’ dan qodar-Nya.

Saat awal aku menikah, gaji suamiku adalah dua ratus lima puluh ribu rupiah. Aku begitu menikah sudah tidak boleh bekerja, total sebagai ibu rumah tangga. Sempat stres juga diawal-awal. Bahkan setiap dua minggu sekali aku masih minta diantarkan ke kantor dimana dulu aku bekerja, sekedar duduk dimejaku dan menghandel beberapa pekerjaan ringan teman kantorku.............itung-itung reuni.  Jadi dalam sebulan aku hanya mengandalkan uang dua ratus lima puluh ribu rupiah itu plus kejutan-kejutan manis dari Allah untuk aku dan suamiku. Alhamdulillah dengan keikhlasanku menerima semua itu, Allah memberikan aku dan suamiku kemudahan, kekuatan dan kelancaran dalam menghadapi bahtera rumah tangga kami yang baru. Semua keperluan dan kebutuhan kami Alhamdulillah selalu terpenuhi. Kalau dihitung-hitung gaji suamiku plus bonus dari Allah selama satu bulan itu bisa mencapai satu juta rupiah. Irrasional bukan? Tapi itulah Allah. Dia penuh dengan kejutan-kejutan manis yang tidak pernah disangka-sangka. Bahkan sampai sekarang kejutan-kejutan manis itu masih terus mengalir seperti air........tak akan pernah berhenti.........terus....terus....dan terus mengalir membasahi apapun yang dilewatinya.

Empat belas tahun sudah aku mengarungi bahtera rumah tangga dengan suamiku. Selama itu pula Alhamdulillah kami tidak pernah mengalami pertengkaran ataupun kebosanan-kebosanan. Bahkan Alhamdulillah hari-hari kami semakin manis dan indah. Komunikasi antara aku dan suamiku Alhamdulillah selalu lancar.....kami selalu terbuka dan tidak pernah menutup-nutupi apapun meskipun itu tidak mengenakkan. Dengan demikian keharmonisan selalu melingkupi kami. Insya Allah amiin. Apalagi dengan hadiah terindah dari Allah ......... keempat anak-anakku yang sangat menyenangkan bila dipandang dan menyejukkan hati bila dilihat. Subhanallah hadiah terindah itu memang paling indah dan tidak ada duanya.

Aku benar-benar bersyukur kepada Allah atas apa yang sudah diberikan-Nya kepadaku. Seorang suami yang sholeh dalam segalanya. Yang mampu menutupi semua kekuranganku, memberikan support secara moril dan materiil ketika aku membutuhkannya. Sebuah anugrah yang  tiada bandingnya dan mahal harganya. Apakah anugrah yang terindah yang dihadiahkan oleh Allah itu akan kubiarkan begitu saja? Jelas Insya Allah tidak. Mengapa semua begitu indah untukku? Yang pasti adalah keikhlasan dan kesabaran yang Allah berikan kepadaku untuk bisa menerima apapun kehendak-Nya adalah kunci dari semua ini. Dengan ikhlas dan sabar kita akan lebih bijak dalam menghadapi kehidupan dengan beragam problematikanya. Kita juga akan lebih “anteng” dengan beragam goncangan kehidupan. Dada kita akan lebih lapang dan hati kita akan lebih luas seluas samudra dalam menghadapi kerasnya ombak kehidupan.

Rabb, jadikan kami hamba-Mu yang selalu bersyukur atas apa yang Engkau berikan kepada kami. Hamba yang selalu sabar dan ikhlas menghadapi hidup dan kehidupan ini. Ya Allah...jadikan hidup ini sebuah keindahan untuk kami. Sebuah kenikmatan yang kami merasa enggan untuk melepasnya, akan tetapi janganlah Engkau condongkan kami untuk terlalu condong kepada kehidupan ini. Ya Allah  jadikanlah kami dan semua keturunan kami hamba-Mu yang selalu berpegang erat pada Dien-Mu. Menjadi mujahid dan mujahidah-Mu yang selalu menegakkan kalimat-Mu dimuka bumi ini............Insya Allah Amiiin...........